Pages

Cartoons Myspace Comments
Fruity Cherry Heart
Welcome to my Blog nd get a knowledge from this side

Sabtu, 25 Desember 2010

HORMON

Hormon adalah zat-zat kimiawi yang disekresikan oleh kelenjar endoktrin dan masuk langsung ke dalam aliran darah. Efeknya terjadi di suatu organ lain dari tubuh yang membutuhkannya untuk dapat berfungsi secara normal.
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturanmetabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya.
Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular. Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak). 
Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.

v  Klasifikasi Hormon
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi
kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja
hormon di dalam sel.

ü  Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya:
1.Golongan Steroid→turunan dari kolestrerol
2.Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat
3.Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil→Thyroid,Katekolamin
4.Golongan Polipeptida/Protein→Insulin,Glukagon,GH,TSH

ü  Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon
1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air

ü  Berdasarkan lokasi reseptor hormon
1. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
2. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)

ü  Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam
sel adalah kelompok Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa 2+, cAMP, cGMP, Ca Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler.

v  Penggunaan
Sediaan hoormon banyak digunakan sebagai terapi substitusi guna menggantikan kekurangan yang terjadi akibat hipofungsi suatu kelenjar endoktrin, misalnya insulin pada diabetes dan estrogen pada masa setelah menopause. Tetapi jumlah terbanyak digunakan sebagai obat pada gangguan yang tidak bersifat endoktrin, tetapi berdasarkan kegiatannya yang khas. Misalnya penggunaan kortikosteroida pada antara lain gangguan yang berkaitan dengan peradangan dan hormone kelamin wanita dalam pil antihamil.
Dahulu, sering kali digunakan sediaan organnya sendiri, yakni kelenjar hewan (sapi, babi, domba) yang telah dikeringakan, dihaluskan dan distandardisasi. Tetapi, sediaan tersebut  dewasa ini praktis sudah ditinggalkan seluruhnya, karena banyak hormon sudah dapat dibuat secara sintesis, yang lebih murni dan kerapkali lebih kuat kegiatannya. Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah hormon malah dibuat secara biosintesis dengan jalan tekik rekombinan-DNA, misalnya insulin, hormon pertumbuhan somatropin dan FSH (folitropine, puregon).

Daftar Pustaka
Drs. Tjay, Tan Hoan dan Drs. Kirana Rahardja.2002.Obat-Obat Penting.Jakarta:Gramedia.
Muh, Anief.1995.Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi cetakan I.Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Deglin dan Judith Hopfer.2004.Pedoman Obat Untuk Perawat.Jakarta:EGC.
Katzung, Bertram G.1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: EGC

Mineral dalam Terapan Keperawatan

Fungsi Mineral
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.
Agar dapat diklasifikasikan sebagai mineral sejati, senyawa tersebut haruslah berupa padatan dan memiliki struktur kristal. Senyawa ini juga harus terbentuk secara alami dan memiliki komposisi kimia yang tertentu.
Diagram Mineral dalam Tubuh
Berbagai mineral seperti, besi, cuprum dan zinc diperlukan untuk fungsi tubuh, tetapi besi (fero sulfat, glukonat atau fumarat) adalah vital untuk regenerasi hemoglobin. 60% dari besi dalam tubuh terdapat di dalam hemoglobin. Salah satu sebab dari anemia adalah defisiensi besi. Diet yang normal mengandung 5-20mg besi/hari. Makanan yang kaya akan besi adalah hati, daging tanpa lemak, kuning telur, kacang-kacangan kering, sayur-sayuran berdaun hijau (seperti bayam) dan buah-buahan. Makanan dan antacid memperlambat absorpsi besi dan vitamin C meningkatkan absorpsi besi. Dosis besi bagi bayi dan anak-anak adalah usia 6 bulan sampai 2 tahun 1,5mg/hari. Bagi orang dewasa, 50mg/hari diperlukan untuk regenerasi hemoglobin.

Farmakokinetik
Besi diabsorpsi melalui usus halus dan masuk kie dalam plasma sebagai heme atau disimpan sebagai feritin. Meskipun makanan menurunkan absorpsi sebanyak 20-25%, tetapi preparat besi perlu diberikan bersama-sama makanan untuk menghindari rasa tidak enak pada gastrointestinal. Vitamin C dapat sedikit meningkat absorpsi besi, sedangkan tetrasiklin dan antacid dapat menurunkan absorpsi.

Farmakodinamik
Penggantian besi terutama diberikan untuk memperbaiki atau mengendalikan anemia defisiensi besi, yang didiagnosis dengan sediaan apus darah. Penemuan positif dari anemia adalah eritrosit (sel darah merah) yang hipokrom (pucat) mikrositer (kecil). Tanda-tanda dan gejala-gejala klinis adalah letih, lemas, sesak napas, pucat dan dalam kasus anemia yang berat, perdarahan gastrointestinal. Dosis fero sulfat untuk pemakaian profilaksis adalah 600-1200mg/hari dalam dosis terbagi. Toksisitas besi merupakan sebab yang serius dari keracuan pada anak-anak. Cukup 10 tablet fero sulfat (3g) yang dimakan sekaligus dapat menjadi fatal dalam 12048 jam. Anak akan mengalami perdarahan karena efek ulserogenik dari besi yang tidak terikat, sehingga menimbulkan syok.

Proses Keperawatan Mineral

Pengkajian
ü  Dapatkan riwayat anemia atau masalah kesehatan yang dapat menyebabkan anemia.

ü  Nilai klien untuk tanda-tanda dan gejala-gejala anemia defisiensi besi, seperti letih, malaise, pucat, sesak napas, takikardia dan aritmia jantung.
ü  Periksa jumlah sel darah merah, hemoglobin dan hematokrit klien.

Intervensi
ü Klien akan mengkonsumsi makanan yang kaya akan besi dan mineral lainnya.
ü Seorang klien dengan anemia defisiensi besi atau dengan hemoglobin rendah akan mendapatkan penggantian besi sesuai dengan anjuran dokter.

Implementasi Keperawatan
ü Dorong klien untuk mengkonsumsi diet bergizi dalam jumlah memadai agar dapat memperoleh besi yang cukup. Suplemen besi tidak diperlukan kecuali jika orang tersebut hamil atau malnutrisi.
ü Berikan injeksi besi intramuscular dengan metode Z-track untuk mencegah bocornya besi ke dalam jaringan subkutan dan kulit karena akan mengiritasi dan menodai kulit.

Penyuluhan Kepada Klien
ü Beritahu orang tua untuk tidak meninggalkan tablet besi dalam jangkauan anak-anak. Jika seorang anak menelan tablet besi, usahakan agar ia muntah dan segera hubungi tim medis/kesehatan terdekat.
ü Beritahu klien yang memakai preparat besi cair untuk menggunakan sedotan minum   untuk mencegah perubahan warna dari email gigi.
  
Evaluasi
Mengevaluasi efektifitas terpi besii yang diresepkan dengan menentukan apakah klien tidak lagi merasa letih atau sesak napas dan hemoglobinnya berada di dalam batas-batas normal.

Daftar Pustaka
Drs. Tjay, Tan Hoan dan Drs. Kirana Rahardja.2002.Obat-Obat Penting.Jakarta:Gramedia.
Muh, Anief.1995.Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi cetakan I.Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Deglin dan Judith Hopfer.2004.Pedoman Obat Untuk Perawat.Jakarta:EGC.

Sabtu, 20 November 2010

VITAMIN

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Vitamin adalah zat-zat kimia organis dengan komposisi beraneka raam, yang dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memelihara fungsi metabolisme normal. Vitamin bukan merupakan “bahan bakar” atau bahan untuk membangun tubuh. Kebutuhannya berkisar dari beberapa mcg (mikrogram), misalnya vitamin B12, sampai ratusan mg (vitamin C dan E). Tubuh manusia memiliki persediaan tertentu yang tergantung dari jenisnya adalah cukup untuk kebutuhan beberapa minggu sampai beberapa tahun.
berbagai macam vitamin

Istilah “vitamin” diberikan atas dasar perkiraan semula bahwa semua zat ini memiliki struktur amin (Lat. Vita = kehidupan), tetapi ternyata hanya tepat bagi beberapa zat saja, antara lain tiamin (vitamin B1). Kebanyakan vitamin atau zat pelopornya yang disebut provitamin, diperoleh dari bahan makanan dan hanya beberapa saja dapat disintesa sendiri dalam usus oleh tubuh, misalnya vitamin B2, B5, K2 serta biotin. Vitamin A dan D3 juga dapat disintesa dalam tubuh dengan masing-masing karoten dan kolesterol sebagai bahan pangkalnya.
Fungsinya sangat bervariasi. Banyak vitamin secara biologis tidak aktif, tetapi membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh, misalnya proses fosforilasi (vitamin B1, B2, B3 dan B6). Vitamin B2 dan B3 perlu penggabungan pada nukleotida purin atau piridin. Banyak vitamin yang berfungsi sebagai ko-enzim bagi enzim-enzim tertentu, misalnya vitamin dari kelompok B bekerja sebagai ko-enzim yang aktif pada proses metabolisme dan pembentukan energi. Vitamin A bekerja sebagai bahan-pangkal untuk pigmen retina rodopsin, yang esensial bagi proses penglihatan dalam keadaan gelap dan kurang cahaya. Vitamin C berfungsi pada system reduksi-oksidasi yang memegang peranan penting pada banyak proses redoks, sedangkan vitamin D dalam bentuk aktifnya penting bagi regulasi kadar Ca dan P dalam jaringan tubuh.

1.2 Tujuan
 Dapat lebih memahami bagaimana pengertian vitamin serta fungsi yang dimiliki dari berbagai macam vitamin itu sendiri.



Pembahasan

            Vitamin A
            Vitamin A merupakan vitamin yang penting untuk pemeliharaan jaringan epitel, kulit, mata, rambut, dan pertumbuhan tulang. Vitamin A telah dipakai untuk pengobatan penyakit kulit seperti halnya jerawat, tetapi dosis yang berlebihan dapat bersifat toksik. Perlu anda ketahui bahwa, selama kehamilan kelebihan vitamin A ( >6000 IU) dapat menimbulkan efek teratoganik (cacat lahir) pada janin.          
            Vitamin B kompleks
            Vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (asam nikotinat atau niasin) dan vitamin B6 (piridoksin) adalah keempat dari vitamin B kompleks. Kelompok vitamin B kompleks ini larut dalam air.
Fungsi dari masing-masing vitamin B kompleks:
·         Tiamin dipakai untuk mengobati neuritis perifer, yang dapat terjadi pada peminum alkohol atau penderita beri-beri.
·         Riboflavin dapat diberikan untuk mengatasi masalah penyakit kulit, seperti dermatitis yang bersisik, sudut mulut yang pecah-pecah serta peradangan kulit dan lidah.
·         Niasin diberikan untuk mengatasi pellagra dan hiperlipidemia, di mana diperlukan dosis yang besar. Akan tetapi, dosis yang besar dapat menimbulkan iritasi gastrointestinal dan vasodilatasi, sehingga mengakibatkan perasaan terbakar (flushing).
·         Piridoksin diberikan untuk memperbaiki defisiensi vitamin B6 dan juga membantu mengatasi gejala-gejala neuritis akibat terapi isoniazid (INH) pada tuberkolosis.
Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk metabolisme karbohidrat dan protein serta sintesis lemak dan kolagen. Vitamin C dalam dosis besar dapat menurunkan efek antikoagulan oral. Kontrasepsi oral dapat menurunkan konsentrasi vitamin C dalam tubuh. Vitamin ini tidak disimpan di dalam tubuh dan mudah diekskresikan ke dalam urin akan tetapi dapat diabsorbsi dengan mudah melalui saluran gastrointestinal dan didistribusikan diseluruh cairan tubuh. Dan ginjal akan mengekskresi seluruh vitamin C hampir tanpa ada perubahan.
Vitamin D
Vitamin D mempunyai peranan penting dalam mengatur metabolism kalsium dan diperlukan untuk absorbsi kalsium dari usus halus. Kelebihan pemakain vitamin D ( >40.000 IU), dapat mengakibatkan hipervitaminosis D dan dapat menimbulkan hiperkalasemia (peningkatan kadar kalsium serum). Dan gejala-gejala dini yang ditimbulkan dari toksisitas vitamin D adalah anoreksia, mual dan muntah.
            Defisiensi. Sejak dulu dikenal dengan gangguan akibat defisiensi vitamin dengan menimbulkan gejala khas, seperti buta malam (vitamin A), beri-beri (vitamin B1), radang lidah dan bibir (vitamin B2), pellagra (vitamin B6), skorbut (vitamin C) dan penyakit inggris rachitis (vitamin D). dalam kasus di atas, pemberian vitamin bersangkutan dalam dosis yang 5-10 kali lipat dari kebutuhan normal berdaya menghilangkan gejala defisiensi secara tepat dan efektif. Kebutuhan akan berbagi vitamin bergantung dari usia, kelamin dan susunan makanan sehari-hari. Misalnya bila diet kaya protein, maka kebutuhan akan riboflavin dan piridoksin, yang berperan sebagai ko-enzim dalam metabolism asam amino ternyata meningkat. Pada diet dengan banyak karbohidrat dibutuhkan lebih banyak vitamin yang berperan pada metabolisme gula, seperti aneurin dan niasiamida (vitamin B3).

Kesimpulan

Vitamin merupakan zat-zat kimia organis dengan komposisi beraneka raam, yang dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memelihara fungsi metabolisme normal. Vitamin bukan merupakan “bahan bakar” atau bahan untuk membangun tubuh. Vitamin mempunyai fungsi sangat bervariasi. Banyak vitamin secara biologis tidak aktif, tetapi membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh. Dan banyak vitamin yang berfungsi sebagai ko-enzim bagi enzim-enzim tertentu.

Daftar Pustaka

Judith, Hopfer Deglin dan April Hazard Vallerand.2004.Pedoman Obat untuk Perawat.Jakarta:EGC.

HORMON

Hormon adalah zat-zat kimiawi yang disekresikan oleh kelenjar endoktrin dan masuk langsung ke dalam aliran darah. Efeknya terjadi di suatu organ lain dari tubuh yang membutuhkannya untuk dapat berfungsi secara normal.
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturanmetabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya.
Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular. Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak). 
Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.

v  Klasifikasi Hormon
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi
kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja
hormon di dalam sel.

ü  Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya:
1.Golongan Steroid→turunan dari kolestrerol
2.Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat
3.Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil→Thyroid,Katekolamin
4.Golongan Polipeptida/Protein→Insulin,Glukagon,GH,TSH

ü  Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon
1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air

ü  Berdasarkan lokasi reseptor hormon
1. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
2. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)

ü  Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam
sel adalah kelompok Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa 2+, cAMP, cGMP, Ca Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler.

v  Penggunaan
Sediaan hoormon banyak digunakan sebagai terapi substitusi guna menggantikan kekurangan yang terjadi akibat hipofungsi suatu kelenjar endoktrin, misalnya insulin pada diabetes dan estrogen pada masa setelah menopause. Tetapi jumlah terbanyak digunakan sebagai obat pada gangguan yang tidak bersifat endoktrin, tetapi berdasarkan kegiatannya yang khas. Misalnya penggunaan kortikosteroida pada antara lain gangguan yang berkaitan dengan peradangan dan hormone kelamin wanita dalam pil antihamil.
Dahulu, sering kali digunakan sediaan organnya sendiri, yakni kelenjar hewan (sapi, babi, domba) yang telah dikeringakan, dihaluskan dan distandardisasi. Tetapi, sediaan tersebut  dewasa ini praktis sudah ditinggalkan seluruhnya, karena banyak hormon sudah dapat dibuat secara sintesis, yang lebih murni dan kerapkali lebih kuat kegiatannya. Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah hormon malah dibuat secara biosintesis dengan jalan tekik rekombinan-DNA, misalnya insulin, hormon pertumbuhan somatropin dan FSH (folitropine, puregon).

Daftar Pustaka
Drs. Tjay, Tan Hoan dan Drs. Kirana Rahardja.2002.Obat-Obat Penting.Jakarta:Gramedia.
Muh, Anief.1995.Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi cetakan I.Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Deglin dan Judith Hopfer.2004.Pedoman Obat Untuk Perawat.Jakarta:EGC.
Katzung, Bertram G.1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: EGC

Mineral dalam Terapan Keperawatan

Fungsi Mineral
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.
Agar dapat diklasifikasikan sebagai mineral sejati, senyawa tersebut haruslah berupa padatan dan memiliki struktur kristal. Senyawa ini juga harus terbentuk secara alami dan memiliki komposisi kimia yang tertentu.
Diagram Mineral dalam Tubuh
Berbagai mineral seperti, besi, cuprum dan zinc diperlukan untuk fungsi tubuh, tetapi besi (fero sulfat, glukonat atau fumarat) adalah vital untuk regenerasi hemoglobin. 60% dari besi dalam tubuh terdapat di dalam hemoglobin. Salah satu sebab dari anemia adalah defisiensi besi. Diet yang normal mengandung 5-20mg besi/hari. Makanan yang kaya akan besi adalah hati, daging tanpa lemak, kuning telur, kacang-kacangan kering, sayur-sayuran berdaun hijau (seperti bayam) dan buah-buahan. Makanan dan antacid memperlambat absorpsi besi dan vitamin C meningkatkan absorpsi besi. Dosis besi bagi bayi dan anak-anak adalah usia 6 bulan sampai 2 tahun 1,5mg/hari. Bagi orang dewasa, 50mg/hari diperlukan untuk regenerasi hemoglobin.

Farmakokinetik
Besi diabsorpsi melalui usus halus dan masuk kie dalam plasma sebagai heme atau disimpan sebagai feritin. Meskipun makanan menurunkan absorpsi sebanyak 20-25%, tetapi preparat besi perlu diberikan bersama-sama makanan untuk menghindari rasa tidak enak pada gastrointestinal. Vitamin C dapat sedikit meningkat absorpsi besi, sedangkan tetrasiklin dan antacid dapat menurunkan absorpsi.

Farmakodinamik
Penggantian besi terutama diberikan untuk memperbaiki atau mengendalikan anemia defisiensi besi, yang didiagnosis dengan sediaan apus darah. Penemuan positif dari anemia adalah eritrosit (sel darah merah) yang hipokrom (pucat) mikrositer (kecil). Tanda-tanda dan gejala-gejala klinis adalah letih, lemas, sesak napas, pucat dan dalam kasus anemia yang berat, perdarahan gastrointestinal. Dosis fero sulfat untuk pemakaian profilaksis adalah 600-1200mg/hari dalam dosis terbagi. Toksisitas besi merupakan sebab yang serius dari keracuan pada anak-anak. Cukup 10 tablet fero sulfat (3g) yang dimakan sekaligus dapat menjadi fatal dalam 12048 jam. Anak akan mengalami perdarahan karena efek ulserogenik dari besi yang tidak terikat, sehingga menimbulkan syok.

Proses Keperawatan Mineral

Pengkajian
ü  Dapatkan riwayat anemia atau masalah kesehatan yang dapat menyebabkan anemia.

ü  Nilai klien untuk tanda-tanda dan gejala-gejala anemia defisiensi besi, seperti letih, malaise, pucat, sesak napas, takikardia dan aritmia jantung.
ü  Periksa jumlah sel darah merah, hemoglobin dan hematokrit klien.

Intervensi
ü Klien akan mengkonsumsi makanan yang kaya akan besi dan mineral lainnya.
ü Seorang klien dengan anemia defisiensi besi atau dengan hemoglobin rendah akan mendapatkan penggantian besi sesuai dengan anjuran dokter.

Implementasi Keperawatan
ü Dorong klien untuk mengkonsumsi diet bergizi dalam jumlah memadai agar dapat memperoleh besi yang cukup. Suplemen besi tidak diperlukan kecuali jika orang tersebut hamil atau malnutrisi.
ü Berikan injeksi besi intramuscular dengan metode Z-track untuk mencegah bocornya besi ke dalam jaringan subkutan dan kulit karena akan mengiritasi dan menodai kulit.

Penyuluhan Kepada Klien
ü Beritahu orang tua untuk tidak meninggalkan tablet besi dalam jangkauan anak-anak. Jika seorang anak menelan tablet besi, usahakan agar ia muntah dan segera hubungi tim medis/kesehatan terdekat.
ü Beritahu klien yang memakai preparat besi cair untuk menggunakan sedotan minum   untuk mencegah perubahan warna dari email gigi.
  
Evaluasi
Mengevaluasi efektifitas terpi besii yang diresepkan dengan menentukan apakah klien tidak lagi merasa letih atau sesak napas dan hemoglobinnya berada di dalam batas-batas normal.

Daftar Pustaka
Drs. Tjay, Tan Hoan dan Drs. Kirana Rahardja.2002.Obat-Obat Penting.Jakarta:Gramedia.
Muh, Anief.1995.Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi cetakan I.Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Deglin dan Judith Hopfer.2004.Pedoman Obat Untuk Perawat.Jakarta:EGC.

VITAMIN

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Vitamin adalah zat-zat kimia organis dengan komposisi beraneka raam, yang dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memelihara fungsi metabolisme normal. Vitamin bukan merupakan “bahan bakar” atau bahan untuk membangun tubuh. Kebutuhannya berkisar dari beberapa mcg (mikrogram), misalnya vitamin B12, sampai ratusan mg (vitamin C dan E). Tubuh manusia memiliki persediaan tertentu yang tergantung dari jenisnya adalah cukup untuk kebutuhan beberapa minggu sampai beberapa tahun.
berbagai macam vitamin

Istilah “vitamin” diberikan atas dasar perkiraan semula bahwa semua zat ini memiliki struktur amin (Lat. Vita = kehidupan), tetapi ternyata hanya tepat bagi beberapa zat saja, antara lain tiamin (vitamin B1). Kebanyakan vitamin atau zat pelopornya yang disebut provitamin, diperoleh dari bahan makanan dan hanya beberapa saja dapat disintesa sendiri dalam usus oleh tubuh, misalnya vitamin B2, B5, K2 serta biotin. Vitamin A dan D3 juga dapat disintesa dalam tubuh dengan masing-masing karoten dan kolesterol sebagai bahan pangkalnya.
Fungsinya sangat bervariasi. Banyak vitamin secara biologis tidak aktif, tetapi membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh, misalnya proses fosforilasi (vitamin B1, B2, B3 dan B6). Vitamin B2 dan B3 perlu penggabungan pada nukleotida purin atau piridin. Banyak vitamin yang berfungsi sebagai ko-enzim bagi enzim-enzim tertentu, misalnya vitamin dari kelompok B bekerja sebagai ko-enzim yang aktif pada proses metabolisme dan pembentukan energi. Vitamin A bekerja sebagai bahan-pangkal untuk pigmen retina rodopsin, yang esensial bagi proses penglihatan dalam keadaan gelap dan kurang cahaya. Vitamin C berfungsi pada system reduksi-oksidasi yang memegang peranan penting pada banyak proses redoks, sedangkan vitamin D dalam bentuk aktifnya penting bagi regulasi kadar Ca dan P dalam jaringan tubuh.

1.2 Tujuan
 Dapat lebih memahami bagaimana pengertian vitamin serta fungsi yang dimiliki dari berbagai macam vitamin itu sendiri.



Pembahasan

            Vitamin A
            Vitamin A merupakan vitamin yang penting untuk pemeliharaan jaringan epitel, kulit, mata, rambut, dan pertumbuhan tulang. Vitamin A telah dipakai untuk pengobatan penyakit kulit seperti halnya jerawat, tetapi dosis yang berlebihan dapat bersifat toksik. Perlu anda ketahui bahwa, selama kehamilan kelebihan vitamin A ( >6000 IU) dapat menimbulkan efek teratoganik (cacat lahir) pada janin.          
            Vitamin B kompleks
            Vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (asam nikotinat atau niasin) dan vitamin B6 (piridoksin) adalah keempat dari vitamin B kompleks. Kelompok vitamin B kompleks ini larut dalam air.
Fungsi dari masing-masing vitamin B kompleks:
·         Tiamin dipakai untuk mengobati neuritis perifer, yang dapat terjadi pada peminum alkohol atau penderita beri-beri.
·         Riboflavin dapat diberikan untuk mengatasi masalah penyakit kulit, seperti dermatitis yang bersisik, sudut mulut yang pecah-pecah serta peradangan kulit dan lidah.
·         Niasin diberikan untuk mengatasi pellagra dan hiperlipidemia, di mana diperlukan dosis yang besar. Akan tetapi, dosis yang besar dapat menimbulkan iritasi gastrointestinal dan vasodilatasi, sehingga mengakibatkan perasaan terbakar (flushing).
·         Piridoksin diberikan untuk memperbaiki defisiensi vitamin B6 dan juga membantu mengatasi gejala-gejala neuritis akibat terapi isoniazid (INH) pada tuberkolosis.
Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk metabolisme karbohidrat dan protein serta sintesis lemak dan kolagen. Vitamin C dalam dosis besar dapat menurunkan efek antikoagulan oral. Kontrasepsi oral dapat menurunkan konsentrasi vitamin C dalam tubuh. Vitamin ini tidak disimpan di dalam tubuh dan mudah diekskresikan ke dalam urin akan tetapi dapat diabsorbsi dengan mudah melalui saluran gastrointestinal dan didistribusikan diseluruh cairan tubuh. Dan ginjal akan mengekskresi seluruh vitamin C hampir tanpa ada perubahan.
Vitamin D
Vitamin D mempunyai peranan penting dalam mengatur metabolism kalsium dan diperlukan untuk absorbsi kalsium dari usus halus. Kelebihan pemakain vitamin D ( >40.000 IU), dapat mengakibatkan hipervitaminosis D dan dapat menimbulkan hiperkalasemia (peningkatan kadar kalsium serum). Dan gejala-gejala dini yang ditimbulkan dari toksisitas vitamin D adalah anoreksia, mual dan muntah.
            Defisiensi. Sejak dulu dikenal dengan gangguan akibat defisiensi vitamin dengan menimbulkan gejala khas, seperti buta malam (vitamin A), beri-beri (vitamin B1), radang lidah dan bibir (vitamin B2), pellagra (vitamin B6), skorbut (vitamin C) dan penyakit inggris rachitis (vitamin D). dalam kasus di atas, pemberian vitamin bersangkutan dalam dosis yang 5-10 kali lipat dari kebutuhan normal berdaya menghilangkan gejala defisiensi secara tepat dan efektif. Kebutuhan akan berbagi vitamin bergantung dari usia, kelamin dan susunan makanan sehari-hari. Misalnya bila diet kaya protein, maka kebutuhan akan riboflavin dan piridoksin, yang berperan sebagai ko-enzim dalam metabolism asam amino ternyata meningkat. Pada diet dengan banyak karbohidrat dibutuhkan lebih banyak vitamin yang berperan pada metabolisme gula, seperti aneurin dan niasiamida (vitamin B3).

Kesimpulan

Vitamin merupakan zat-zat kimia organis dengan komposisi beraneka raam, yang dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memelihara fungsi metabolisme normal. Vitamin bukan merupakan “bahan bakar” atau bahan untuk membangun tubuh. Vitamin mempunyai fungsi sangat bervariasi. Banyak vitamin secara biologis tidak aktif, tetapi membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh. Dan banyak vitamin yang berfungsi sebagai ko-enzim bagi enzim-enzim tertentu.

Daftar Pustaka

Judith, Hopfer Deglin dan April Hazard Vallerand.2004.Pedoman Obat untuk Perawat.Jakarta:EGC.